EVALUASI DAN DESAIN ULANG HYDRAULIC PUMPING UNIT BERDASARKAN KEMAMPUAN DARI RESERVOIR DALAM RANGKA MENGOPTIMALKAN LAJU ALIR PRODUKSI PADA SUMUR CT LAPANGAN RAMBA
Categorie(s):
TP, 2021
Author(s):
CLAUDIA RAMBA TODING ALLO, 1701206
Advisor:
Firdaus, S.T.,MT
Nita Ariestiana Putri, S.T.,M.Eng
Nita Ariestiana Putri, S.T.,M.Eng
ISSN/ISBN:
eISSN/eISBN:
Keyword(s):
Inflow Performance Relationship, Indeks Produktivitas, Hydraulic Pump Unit, Workover, Plunger
DOI:
Abstract :
Sumur CT lapangan Ramba beroperasi sejak tahun 2012, dimana
reservoir sumur tersebut terdapat pada lapisan Z. Produksi pada sumur CT
dibantu dengan artificiallift berupa Hydraulic Pumping Unit (HPU). Pada awal
tahun 2021 dilakukan workover dengan penambahan perforasi baru pada lapisan
Z yang menyebabkan laju alir meningkat dari 85 bfpd menjadi 140 bfpd,
sehingga kapasitas produksi pompa yang terpasang tidak sesuai lagi dengan
kapasitas produksi formasi tersebut. Oleh karena itu dilakukan evaluasi dan
desain ulang terhadap pompa terpasang berdasarkan kemampuan dari reservoir,
dengan tujuan untuk mengoptimalkan laju alir pada sumur CT.
Evaluasi dan desain ulang pompa terpasang pada sumur CT dilakukan
dengan menggunakan analisa nodal, yaitu perpotongan antara kurva Inflow
Performance Relationship (IPR) 2 fasa menggunakan metode Vogel dengan
kurva pump intake N dan S. Hasil perpotongan kedua kurva tersebut diperoleh
harga N dan S versus laju produksi (Q) yang baru. Selanjutnya hasil S dan N vs
Q di plotkan, sehingga didapatkan laju produksi yang sesuai dengan potensi
sumurnya. Optimasi pada sumur CT dilakukan dengan membuat dua skenario
yaitu, skenario 1 dengan plunger 1 in dan skenario 2 dengan plunger 1 in.
Hasil design ulang pompa terpasang setelah workover menggunakan
plunger 2 in diperoleh nilai S sebesar 73 in, nilai N sebesar 5,3 spm dan laju
produksi sebesar 140,2 bfpd. Setelah didapatkan ukuran pompa yang sesuai,
maka dilakukan optimasi dengan 2 skenario. Pada skenario 1 didapatkan nilai S
sebesar 76 in, nilai N sebesar 5,5 spm dan laju produksi sebesar 148,8 bfpd.
Selanjutnya pada skenario 2 didapatkan nilai S sebesar 94 in, nilai N sebesar 6,9
spm dan laju produksi sebesar 148 bfpd. Hasil dari kedua skenario optimasi yang
dilakukan, didapatkan bahwa skenario 1 lebih optimal untuk digunakan
dibandingkan dengan skenario 2. Hal tersebut, dikarenakan laju alir pada
skenario 1 lebih tinggi dari skenario 2. Selain itu nilai S dan N pada skenario 1
lebih rendah dari skenario 2 yang berarti tenaga yang dibutuhkan untuk skenario
1 lebih rendah dibanding skenario 2.
reservoir sumur tersebut terdapat pada lapisan Z. Produksi pada sumur CT
dibantu dengan artificiallift berupa Hydraulic Pumping Unit (HPU). Pada awal
tahun 2021 dilakukan workover dengan penambahan perforasi baru pada lapisan
Z yang menyebabkan laju alir meningkat dari 85 bfpd menjadi 140 bfpd,
sehingga kapasitas produksi pompa yang terpasang tidak sesuai lagi dengan
kapasitas produksi formasi tersebut. Oleh karena itu dilakukan evaluasi dan
desain ulang terhadap pompa terpasang berdasarkan kemampuan dari reservoir,
dengan tujuan untuk mengoptimalkan laju alir pada sumur CT.
Evaluasi dan desain ulang pompa terpasang pada sumur CT dilakukan
dengan menggunakan analisa nodal, yaitu perpotongan antara kurva Inflow
Performance Relationship (IPR) 2 fasa menggunakan metode Vogel dengan
kurva pump intake N dan S. Hasil perpotongan kedua kurva tersebut diperoleh
harga N dan S versus laju produksi (Q) yang baru. Selanjutnya hasil S dan N vs
Q di plotkan, sehingga didapatkan laju produksi yang sesuai dengan potensi
sumurnya. Optimasi pada sumur CT dilakukan dengan membuat dua skenario
yaitu, skenario 1 dengan plunger 1 in dan skenario 2 dengan plunger 1 in.
Hasil design ulang pompa terpasang setelah workover menggunakan
plunger 2 in diperoleh nilai S sebesar 73 in, nilai N sebesar 5,3 spm dan laju
produksi sebesar 140,2 bfpd. Setelah didapatkan ukuran pompa yang sesuai,
maka dilakukan optimasi dengan 2 skenario. Pada skenario 1 didapatkan nilai S
sebesar 76 in, nilai N sebesar 5,5 spm dan laju produksi sebesar 148,8 bfpd.
Selanjutnya pada skenario 2 didapatkan nilai S sebesar 94 in, nilai N sebesar 6,9
spm dan laju produksi sebesar 148 bfpd. Hasil dari kedua skenario optimasi yang
dilakukan, didapatkan bahwa skenario 1 lebih optimal untuk digunakan
dibandingkan dengan skenario 2. Hal tersebut, dikarenakan laju alir pada
skenario 1 lebih tinggi dari skenario 2. Selain itu nilai S dan N pada skenario 1
lebih rendah dari skenario 2 yang berarti tenaga yang dibutuhkan untuk skenario
1 lebih rendah dibanding skenario 2.