ANALISIS KANDUNGAN TOC DAN TINGKAT KEMATANGAN HIDROKARBON BERDASARKAN DATA LOGGING PADA LAPANGAN "LIR" DI CEKUNGAN "BELANDA" BAGIAN UTARA
Categorie(s):
TP, 2021
Author(s):
Lalu Muhammad Khoirudin, 1501334
Advisor:
Fathony Akbar Pratikno, S.Si., M.Si
M. Nur Mukmin, ST., MT
M. Nur Mukmin, ST., MT
ISSN/ISBN:
eISSN/eISBN:
Keyword(s):
DlogR, TOC, Kematangan, Well Logging
DOI:
Abstract :
TOC merupakan kandungan organik didalam batuan yang menjadi sumber utama
penghasil hidrokarbon dan biasanya terdapat didalam shale. Analisis kandungan organik
ini menjadi topik yang menarik dalam beberapa dekade belakangan ini dimulai dengan
tingginya produksi shale gas maupun shale oil pada lapangan di Amerika. Selain untuk
kepentingan eksplorasi migas unconventional analisis batuan induk digunakan untuk
melacak keberadaan hidrokarbon yang terakumulasi didalam reservoir konvensional.
Untuk itu studi ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik batuan induk terutama tingkat
kandungan organik dan juga tingkat kematangan agar dapat menjadi gambaran untuk
langkah eksplorasi migas kedepannya pada lapangan Belanda pada cekungan central
graben.
Analisis ini menggunakan metode DlogR dengan melihat separasi antara log porositas
yakni log denistas, neutron dan sonik terhadap log resistivitas. Semakin tinggi separasi
maka semakin tinggi kandungan hidrokarbon. Analisis ini dimulai dengan validasi data
log menggunakan badhole, analisis vshale untuk mengetahui keberadan litologi
batuserpih, analisis baseline untuk menentukan nilai log pada batuserpih yang tidak
memiliki matrial organik, kemudian analisis tingkat kematangan, menghitung kandungan
organik dan kemudian kematangan hidrokarbon berdasarkan data geokimia.
Berdasarkan hasil analisis, Interval batuserpih terdapat pada kedalaman 1570-2130 ft,
12125-12165 dan juga 14060-14150 ft. Kadar TOC pada masing masing interval dominasi
batuserpih adalah pada kedalaman 1570-2130 ft memiliki nilai TOC rata-rata 2kemudian
kedalaman 12125-12165 ft memiliki TOC rata-rata 5 dan kedalaman 14060- 14150 ft
adalah 1. Berdasarkan analisis kematangan Ro dapat ditentukan bahwa kedalaman 14060
sudah masuk dalam fase matang yang bisa menghasilkan hidrokarbon baik itu minyak
maupun gas, sedangkan kedalaman lebih dangkal, masih belum matang untuk
menghasilkan hidrokarbon.
penghasil hidrokarbon dan biasanya terdapat didalam shale. Analisis kandungan organik
ini menjadi topik yang menarik dalam beberapa dekade belakangan ini dimulai dengan
tingginya produksi shale gas maupun shale oil pada lapangan di Amerika. Selain untuk
kepentingan eksplorasi migas unconventional analisis batuan induk digunakan untuk
melacak keberadaan hidrokarbon yang terakumulasi didalam reservoir konvensional.
Untuk itu studi ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik batuan induk terutama tingkat
kandungan organik dan juga tingkat kematangan agar dapat menjadi gambaran untuk
langkah eksplorasi migas kedepannya pada lapangan Belanda pada cekungan central
graben.
Analisis ini menggunakan metode DlogR dengan melihat separasi antara log porositas
yakni log denistas, neutron dan sonik terhadap log resistivitas. Semakin tinggi separasi
maka semakin tinggi kandungan hidrokarbon. Analisis ini dimulai dengan validasi data
log menggunakan badhole, analisis vshale untuk mengetahui keberadan litologi
batuserpih, analisis baseline untuk menentukan nilai log pada batuserpih yang tidak
memiliki matrial organik, kemudian analisis tingkat kematangan, menghitung kandungan
organik dan kemudian kematangan hidrokarbon berdasarkan data geokimia.
Berdasarkan hasil analisis, Interval batuserpih terdapat pada kedalaman 1570-2130 ft,
12125-12165 dan juga 14060-14150 ft. Kadar TOC pada masing masing interval dominasi
batuserpih adalah pada kedalaman 1570-2130 ft memiliki nilai TOC rata-rata 2kemudian
kedalaman 12125-12165 ft memiliki TOC rata-rata 5 dan kedalaman 14060- 14150 ft
adalah 1. Berdasarkan analisis kematangan Ro dapat ditentukan bahwa kedalaman 14060
sudah masuk dalam fase matang yang bisa menghasilkan hidrokarbon baik itu minyak
maupun gas, sedangkan kedalaman lebih dangkal, masih belum matang untuk
menghasilkan hidrokarbon.